Jumat, 17 April 2009

ANIMAL ECOLOGY

Soal Midtest Ekologi Hewan
  1. Jika hewan betina menjadi penentu teritori, sebutkan dan jelaskan mekanisme yang dilakukan untuk mempertahankan teritori tersebut ?
  2. Jika hewan jantan menjadi penentu teritori, maka dia akan mempertahankan berdasarkan kualitas teritorinya. Semakin baik kualitas teritori semakin besar energi/harga yang harus dikeluarkan atau dibayarkan. Jelaskan maksud pertanyaan diatas ?
  3. Dalam menggunakan kemampuan mengubah warna (biocoloration) apa perbedaan antara karakter interspesific dan intraspesific dan bagaimana proses ini dapat berlangsung ?
  4. Apa perbedaan antara Mulerian dan Batesian coloration, berikan contoh siapa yang menggunakan dan untuk tujuan apa kedua fenomena ini terjadi. Apa manfaat kedua proses tersebut bagi hewan ?

Jawaban

  1. Mekanisme yang dilakukan hewan betina untuk mempertahankan territorinya yaitu dengan cara melakukan perkawinan dengan hewan jantan lain, membuat sarang diwilayah tersebut. Selain itu pertahanan teritori ini juga dilakukan dengan perilaku yang agresif, misalnya dengan mengeluarkan suara ataupun dengan perlakuan fisik. Territori tersebut merupakan tempat yang khas dan selalu dipertahankan dengan aktif, misalnya tempat tidur (primata), tempat istirahat (binatang pengerat), tempat bersarang (burung), tempat bercumbu (courtship territories). Batas-batas teritori ini dikenali dengan jelas oleh pemiliknya, biasanya ditandai dengan urine, feses dan sekresi lainnya.. Pada umumnya lokasi teritori lebih sempit daripada wilayah jelajah. Batas wilayah jelajah dan teritori hewan betina kadang-kadang tidak jelas, misalnya terjadi pada beberapa primata, seperti Trachypithecus, Gorilla, Pan dan berbagai jenis karnivora seperti anjing (Canis lupus). Pada burung batas wilayah jelajah tidak jelas, Elliot Howard menemukan pada burung pipit hanya dipertahankan beberapa jam. Tetapi ada juga yang jelas batas-batasnya, terutama bagi satwa liar yang mempunyai wilayah jelajah yang tidak tumpang tindih di antara individu atau kelompok individu, seperti dijumpai pada wau-wau (Hylobates), teritori kawin beberapa kelompok Artiodaktila dan pada anjing liar.
  2. Jika hewan jantan menjadi penentu teritori, maka dia akan mempertahankan berdasarkan kualitas teritorinya. Semakin baik kualitas teritori semakin besar energi/harga yang harus dikeluarkan atau dibayarkan, maksudnya jika hewan jantan mempertahankan territori secara optimal maka energi yang diperlukan sangat besar sehingga makanan yang dibutuhkan juga besar dan bisa menyebabkan hewan jantan menjadi ganas dan liar. Hal ini dilakukan untuk pertahanan terhadap hewan lain yang bisa merebut daerah territori tersebut sehingga terjadi persaingan interspesific dan intraspesific. Untuk mempertahankan teritorinya satwa liar menunjukan perilaku conflict behaviour. Aktivitasnya dengan menunjukkan aggressive display dan triumph ceremony (pada angsa). Luas wilayah jelajah semakin luas sesuai dengan ukuran tubuh satwa liar baik dari golongan herbivora maupun karnivora. Wilayah jelajah juga bervariasi sesuai dengan keadaan sumber daya lingkungannya, semakin baik kondisi lingkungannya semakin sempit ukuran wilayah jelajahnya. Selain itu wilayah jelajah juga dapat ditentukan oleh aktivitas hubungan kelamin, biasanya wilayah jelajah semakin luas pada musim reproduksi.
  3. Karakter interspesific (antarspesies) dalam kemampuan mengubah warna (biocoloration) yaitu perubahan warna yang terjadi antara spesies yang berbeda dalam suatu komunitas, yang karakteristiknya dengan penyamaran (kamuflase) atau pewarnaan tersamar (cryptic coloration) yaitu pertahanan pasif yang membuat calon mangsa sulit ditemukan karena warna latar belakang lingkungan dimana tempat hewan tersebut berada hampir sama dengan tubuhnya. Seekor hewan yang menyamar hanya perlu tetap diam diatas substrat yang sesuai untuk menghindari ditemukan oleh pemangsanya. Hal ini dilakukan untuk persaingan dalam hal daerah kekuasaan, makanan dan kompetisi antara hewan yang satu dengan yang lain. Karakter ini dilakukan untuk menghindar dari pemangsa walaupun suatu hewan dapat berpindah dan melakukan penyebaran tetapi dengan adanya karakter ini maka hewan bisa hidup bebas di lingkungannya. Sedangkan karakter intraspesifik (spesies yang sama), jika suatu spesies memerlukan perlindungan dari serangan predator, maka mereka hanya dapat bertahan di habitat mereka tanpa mampu melakukan perpindahan dan penyebaran karena tidak semua hewan mampu melakukan penyamaran (kamuflase) atau pewarnaan tersamar (cryptic coloration). Selain itu jika terjadi perubahan iklim di habitat mereka yang mana hal ini pastilah tidak akan mendukung kelangsungan hidup mereka karena tidak dapat bertahan pada kondisi yang ekstrim. Dan pada akhirnya mereka akan punah.
  4. Mimikri Mullerian dan Mimikri Batesian
    Mimikri Mullerian merupakan mimikri yang dilakukan oleh serangga, tapi baik serangga yang menyerupai (mimik) ataupun yang ditiru (model) sama-sama tidak layak dimakan (unpalatable). Dalam mimikri mullerian, dua atau lebih spesies yang berwarna aposematik yang tidak dapat dimakan saling meniru satu sama lain. Pewarnaan aposematik (aposematic coloration) merupakan pertahanan kimiawi yang efektif dilakukan oleh hewan seringkali bewarna sangat cerah dan sebagai suatu peringatan bagi pemangsa. Pewarnaan peringatan ini kelihatannya bersifat adaptif, terdapat bukti-bukti bahwa pemangsa lebih waspada menghadapi pola pewarnaan cerah pada calon mangsa, barangkali karena begitu banyak hewan aposematik yang cenderung menjadi mangsa yang sanga membahayakan. Jenis mimikri ini menjadikan setiap spesies memperoleh keuntungan tambahan, karena pengumpulan jumlah menyebabkan pemangsa mempelajari lebih cepat untuk menghindari setiap mangsa dengan suatu penampakan tertentu. Contohnya lebah berwarna hitam dan kuning (pada ular juga), selain itu juga pada kupu-kupu yang berwarna-warni.
    Mimikri Batesian merupakan mimikri organisme yang menyerupai organisme yang berbahaya, dan serangga yang menyerupai layak dimakan. Dalam mimikri batesian, suatu spesies yang dapat dimakan atau yang tidak berbahaya meniru model yang tidak dapat dimakan atau yang berbahaya. Satu contoh yang menarik yaitu larva hawkmoth akan menggelembungkan kepala dan toraksnya ketika diganggu, yang terlihat seperti kepala seekor ular berbisa kecil lengkap dengan matanya. Mimikri ini bahkan emlibatkan perilaku, larva menarik dan memajukan kepalanya dan mendesis seperti ular. Supaya mimikri batesian lebih efektif, jumlah model seharusnya melebihi jumlah hewan peniru, kalau tidak pemangsa akan mengetahui bahwa hewan dengan warna tertentu adalah baik untuk dimakan dan bukan sebaliknya. Contoh lain yaitu lalat yang menyerupai lebah penyengat atau Bumblebee meyerupai Robber Fly. Adapun tujuan hewan menggunakan fenomena ini adalah dalam rangka untuk menghindari dan menyelamatkan diri dari serangan musuh atau pemangsa sehingga dapat hidup dengan bebas dilingkungannya, baik dengan melakukan penyamaran, perilaku waspada, perilaku membuat predator khawatir dan pertahanan kimiawi. Sedangkan manfaat dari proses tersebut yaitu agar terhindar dari serangan predator sehingga bisa melakukan pertahanan melawan pemangsa.  

Gambar. Mimikry Mullerian

Gambar.  Mimikry Batesian

Referensi 
Anonim1. 2009. Batesian Mimicry.
           http://en.wikipedia.org/wiki/Batesian_mimicry
           Diakses Tanggal 14 April 2009.
Anonim2. 2009. Mimicry.
           http://en.wikipedia.org/wiki/Batesian_mimicry
           Diakses Tanggal 14 April 2009
Campbell, dkk. 2004. Biologi Edisi Kelima-Jilid 3. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Prasetyo, Budi. 2008. Perilaku Hewan.
          http://www.blogger.com/rearrange?
          Diakses Tanggal 14 April 2009.
Shaleh, A. 2009. Biologi, Ekologi dan Perilaku.
          http://www.w3.org/TR/REC-htm
          Diakses Tanggal 14 April 2009.